Masjid Agung Jawa Tengah, Kebanggaan Warga Jateng

Entah gak ada angin gak ada hujan, tiba-tiba temen sekamar gue bilang gini:

"Besok solat Jumat di Masjid Agung Yuk!"

Njirrr. Kesambet apaan tuh anak tiba-tiba ngajak gue jalan.. haha. Biasanya kalo gua ajak jalan ogah-ogahan. Biar gak kesasar, malam harinya kami mencari tahu lokasi dari Masjid Agung ini. Masjid kebanggaan warga Jawa Tengah ini berlokasi di Jalan Gajah Raya, Gayamsari, Semarang. Hmmm lumayan jauh juga dari Tembalang.

Karena gak mau terlambat solat jumat, kami berangkat dari Tembalang jam 10 pagi. Dengan estimasi macet, kesasar dan lain-lain perkiraan sampai lokasi jam setengah 12.

Udah tuh ya, si Aris yang bawa motor, gue jadi navigator yang liat Google Maps. Dan bener aja... di jalan kami kesasar berulang-ulang.. wkwkw. Kayaknya kalo seseorang jalan sama gue, ga afdol rasanya kalo ga kesasar. Selain Cepot, si Aris jadi korban kebodohan gue dalam membaca peta. 

Akhirnya sampailah kami di Masjid Agung Jawa Tengah. Sesuai estimasi, jam 11 kami sampai di lokasi . Karena solat jumat masih lama, waktu senggang tersebut kami gunakan untuk berkeliling di Masjid ini. Masjid Agung Jawa Tengah (English : Great Mosque of Central Java) atau yang sering disingkat MAJT adalah salah satu Masjid terbesar di Jawa Tengah. Diresmikan pada 14 November 2006 oleh Presiden SBY, MAJT menempati areal seluas 10 hektar. MAJT menjadi sebuah tempat wisata yang wajib dikunjungi di Semarang selain Klenteng Sam Poo Kong, Lawang Sewu, dan Gereja Blendung di kawasan Kota Lama

tugu peresmian MAJT oleh Presiden SBY

Oh iya, banyak masyarakat (terutama masyarakat luar Semarang) yang masih keliru dalam menyebut nama masjid ini dengan nama Masjid Agung Semarang. Padahal, Masjid Agung Semarang dengan Masjid Agung Jawa Tengah adalah dua masjid yang berbeda. Masjid Agung Semarang merujuk pada sebuah masjid bersejarah yang dibangun tahun 1743 di kawasan kauman dekat pasar Johar (disebut pula Masjid Kauman). Sementara Masjid Agung Jawa Tengah adalah masjid yang gua kunjungi saat ini.

Masjid Agung Semarang (Masjid Kauman)

Baca Juga :

Kemegahan Gereja Blenduk di Kota Lama Semarang

Menaklukkan Ungaran, Berburu Sunrise

Lawang Sewu yang Tak Seangker Dulu

Masjid Agung Jawa Tengah tergolong unik karena bangunannya yang mengandung unsur 3 kebudayaan, yakni Jawa, Arab, dan Eropa (Romawi). Unsur budaya Jawa dapat dilihat dari atapnya yang berbentuk limas. Unsur budaya Romawi tercermin dari 25 pilar yang ada di halaman MAJT. 25 pilar ini menyimbolkan 25 Nabi dan Rasul yang wajib diketahui dalam Islam. Kemegahan masjid ini bertambah dengan adanya sebuah menara setinggi 99 meter bernama Menara Asma Al Husna. Menara ini menyimbolkan 99 nama-nama baik yang dimiliki Allah SWT. Kita bisa melihat keindahan MAJT dari atas ketinggian.. Hmmmmmm bikin penasaran kan?

Menara Al Husna

Selain karena mengandung akulturasi 3 unsur budaya, ciri khas utama MAJT yang membedakannya dengan masjid lain adalah adanya 6 buah payung hidrolik yang ada di selasar beralaskan marmer. Payung ini merupakan sumbangan dari pemerintah Arab Saudi. Maka tak heran payung-payung hidrolik ini hampir mirip dengan payung hidrolik Masjid Nabawi di Madina. Payung hidrolik ini hanya dibuka pada waktu-waktu tertentu, yakni pada saat solat dua Hari raya salat Jumat, dan saat pelaksanaan salat-salat tertentu (salat gerhana dll).

Nah kebetulan banget gua datang ke sini menjelang solat Jumat, sehingga bisa melihat bagaimana payung-payung hidrolik itu mengembang. Selain eksteriornya yang megah, interior MAJT juga tak kalah megah. Ini terbukti dengan adanya sebuah lampu gantung raksasa yang menghiasi langit-langit MAJT. Saat adzan zuhur berkumandang, payung-payung di MAJT mulai mengembang, untuk melindungi jamaah yang datang dari panas sinar matahari. Masjid ini mampu menampung 10.000 jamaah.

interior MAJT (update Mei 2018)

interior MAJT (Mei 2018)

pintu berlanggam Jawa

lantai 2 MAJT

Selain lampu raksasa, di dalam MAJT juga terdapat mushaf Alquran raksasa berukuran 145 cm x 95 cm. Alquran ini dilindungi oleh kotak kaca sehingga pengunjung tidak dapat memegangnya secara langsung. Di samping mushaf raksasa ini terdapat kotak kayu yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan alquran ini.

Alquran Raksasa

Alquran Raksasa

Usai solat Jumat, pengunjung bisa menyaksikan payung-payung hidrolik mengembang yang menambah keagungan masjid ini. Namun dari 6 payung yang ada, hanya 4 yang terbuka.

Pemandangan dari dalam masjid. Pengunjungnya rame ya? Banget. Karena waktu itu sedang libur nasional bertepatan dengan hari raya Natal.

Ini pas lagi sepi ( Mei 2018)

Saatnya melampiaskan rasa penasaran gue dengan melihat MAJT dari menara Asma Al-Husna. Ternyata untuk naik ke atas menara ini, butuh perjuangan ekstra. Menara baru dibuka jam setengah 2 siang, sementara gue udah ngatri di pintu masuk dari jam setengah 1. Belom lagi antre beli tiketnya, butuh waktu 15 menit. Harga tiket masuknya lumayan murah, cuma Rp7.000. 

Dan yang paling menyiksa adalah….. perjuangan naik lift buat ke atas menara ini… kurang lebih 45 menit buat antre ke puncak menara Al Husna. Namun semua pengorbanan itu terbayar sudah dengan pemandangan indah ini..

MAJT dilihat dari menara Al Husna

Dari atas menara Al Husna ini kita bisa melihat MAJT dari ketinggian. Selain itu, kita juga bisa melihat pemandangan kota Semarang dengan sudut 360 derajat. Dari atas menara ini, kita bisa melihat pemandangan sebuah kota yang sedang berkembang. Sawah-sawah yang menghijau dipadu dengan perumahan dan pencakar langit dari kejauhan *tiba-tiba jadi puitis gini*

Baca Juga :

Review Jujur Lunpia gang Lombok Semarang

Pecinan Semarang ; Dulu dan Sekarang

Back to Solo : Belanja di Pasar Klewer

Selain tempat observasi, di dalam menara Al Husna juga terdapat studio Radio MAJT (lantai 1), Museum Perkembangan Islam di Jawa Tengah (lantai 2), dan tempat makan (lantai 18). Mau lihat pemandangan dengan lebih jelas? TENANG! Di menara Al Husna ini juga disediakan teropong observasi. Hanya dengan koin Rp1000, pengunjung bisa melihat pemandangan secara lebih dekat. Lumayan bisa ngintipin orang. 

Ini lho yang namanya Aris

Antrean untuk menggunakan teropong

Setelah puas melihat MAJT dan mengingat hari yang sudah semakin sore, gua dan Aris memutuskan untuk mengakhiri wisata religi *halah* di Masjid Agung Jawa Tengah. Berikut adalah beberapa tips bagi kalian yang berencana untuk berkunjung ke MAJT :

1. Jika ingin melihat payung-payung hidrolik mengembang, datang pada hari jumat atau hari-hari besar Islam seperti Idul Fitri/Idul Adha
2. Pakai lah kaus kaki jika datang ke MAJT pada siang hari dengan kondisi payung hidrolik tidak terbuka. Hal ini karena untuk masuk ke bangunan utama, kita harus melepas alas kaki di bagian selasar. Sementara bagian selasar masjid ini terbuat dari marmer yang menyerap panas.

Perpaduan sempurna tiga kebudayaan menjadikan Masjid Agung sebagai salah satu tempat yang wajib kalian kunjungi saat berada di Semarang. Kemegahan dan Keunikannnya membuat masjid ini pantas disebut sebagai masjid kebanggaan Jawa Tengah. Dan, bertambahlah satu destinasi yang sudah gue kunjungi di Kota Tercinta ini.

Great Mosque of Central Java

Menjadi seorang Muslim lebih dari sekadar pergi ke masjid. Allah ingin ‘perhatianmu’, bukan hanya ‘kehadiranmu’,

 -Dr. Bilal Philips