Mencari Olivia Raffles Hingga Soe Hok Gie di Museum Taman Prasasti (Part I)


Pernah nonton video klip lagu 'Mengenangmu' yang dinyanyikan Band Kerispatih? Atau lagu 'Tanpa Kekasihku' milik Agnes Monica? Kalo belom nonton berarti fixxx kalian bukan anak nongkrong MTV!! Kedua video klip ini memiliki cerita yang sama, yakni menggambarkan suasana pemakaman yang terdapat patung-patung  dan nisan-nisan cantik khas Eropa.

Neng Agnes lagi nangis di patung malaikat. Jadi ceritanya kekasih Neng Agnes (Zumi Zola) meninggal karena ditusuk preman *astagfirullah sungguh kejam itu preman (kek iklan Ramay*na). Nah akhirnya pacar Neng Agnes dimakamin di sini.

Penasaran ga sih sebenernya mereka syuting di mana? Apa mereka benar-benar syuting di pemakaman yang terletak di benua Eropa nun jauh di sana??? Jika kalian berpikir demikain : Tetott. kalian salah besar! Tempat yang dimaksud tak lain dan tak bukan adalah Pemakaman Kebon Jahe Kober atau Museum Taman Prasasti yang terletak di Jalan Tanah Abang I, Jakarta Pusat.

Netijen : Buset, lu ngapain main ke kuburan, wa?
Gua : tenang netijen yang budiman. Saya bisa jelaskeun

Jadi sebenernya gua sudah lama memendam hasrat ((HASRAT)) untuk mengunjungi museum bersejarah ini. Berbagai cerita dan mitos mengenai pemakaman Eropa ini pun sudah gua baca dari berbagai sumber, mulai dari adanya makam pembawa keberuntungan hingga adanya simbol-simbol freemasonry (iluminati).

Bak gayung bersambut, akhirnya gua berkesempatan mengunjungi museum ini. Sebenernya kunjungan ini bersifat insidental dan ga sengaja. Jadi ceritanya gua menang kuis giveaway dari  Kementerian Pariwisata (Kemenpar), terus disuruh ambil hadiah di Gedung Kemenpar. Setelah mengambil hadiah kuis dari Kemenpar, bingung juga habis itu mau ke mana. Hmmm masih jam 11 siang, kalau langsung pulang pasti di rumah gabut. Skripsi ga kelar-kelar pula :( Ke Monas? Bosen ya lord. AKHIRNYA KUBULATKAN TEKAD UNTUK MENGUNJUNGI MUSEUM TAMAN PRASASTI!

Banyak cara untuk mencapai museum ini, bisa naik angkot, kopaja, bajaj, dsb. Tapi berhubung gua orangnya cinta lingkungan, gua memutuskan untuk.... Jalan kaki! Yeah. *padahal mah karena lagi bokek wks*. Jarak dari Gedung Sapta Pesona (Kemenpar) menuju Museum Taman Prasasti sekitar 1 km. Hmmmm lumayan jauh juga. Ditambah saat itu lagi bulan puasa dan cuaca lagi panas-panasnya. Tapi yang bikin gua semangat buat jalan kaki adalah ini.

Totoar yang luas dan ramah pejalan kaki
Andaikan semua trotoar di Jakarta seluas dan senyaman ini........
Ada sedikit cerita lucu nih. Jadi ketika gua sampai di museum, kondisi museumnya sepiiiii banget. Seperti ga ada tanda-tanda kehidupan. Apa karena ini bekas kuburan??? Lalu gua beranikan diri bertanya kepada petugas "Museum nya buka kan, Pak"??? Dan ternyata buka. Hftt untunglah....

Tiket masuk Museum Prasasti tergolong murah, yakni Rp5000 untuk umum serta Rp 3000 untuk pelajar dan mahasiswa. Karena gua orangnya loyal, ga pelit, dan ga mau mengambil kesempatan dalam kesempitan, maka gua langsung keluarkan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) dan membeli tiket masuk khusus mahasiswa.

Tiket masuk khusus mahasiswa
Seperti yang gua ceritakan di atas, gua sudah berkali-kali membaca kisah tentang Museum ini, baik itu di blog orang lain maupun di situs berita online. So, target gua di museum taman prasasti adalah :
  1. Menemukan makam Olivia Raffles, istri dari Thomas Stanford Raffles (penemu Bunga Rafflesia dan Pendiri negara Singapura)
  2. Nisan-nisan yang mengandung simbol freemasonry
  3. Patung 'The crying lady'
  4. Peti mati yang pernah digunakan untuk membawa jenazah proklamator kita,  Ir Soekarno dan Drs. Muhammad Hatta
  5. Last but not least, makam Pejuang Muda yang hingga saat ini namanya masih harum ; Soe Hok Gie.
Oh iya, berhubung postingan kali ini bakal panjangggg banget, maka postingan kali ini akan dibagi menjadi 2 bagian yakni Part I dan Part II.

Cantik sekaligus bikin merinding
Dulunya, Museum Taman Prasasti adalah kompleks pemakaman Belanda bernama Kebon Jahe Kober yang dibangun pada tahun 1795. Kompleks pemakaman ini dibuka untuk menggantikan areal pemakaman di Nieuwe Hollandsche Kerk (sekarang menjadi Museum Wayang) yang sudah penuh akibat wabah malaria yang melanda Batavia. Bahkan ada jenazah yang dipindahkan dari Nieuwe Hollandsche Kerk yang dapat  diketahui dari nisan yang bertanda "HK".

Nieuwe Hollandsche Kerk, sekarang menjadi Museum Wayang di Kawasan Kota Tua Jakarta

Pemakaman Kebon Jahe Kober adalah makam modern tertua di dunia yang dalam bahasa Belanda disebut Kerkhof Laan. Kompleks makam yang terletak di Jakarta Pusat ini lebih tua dari Fort Cannin Park (1926) Singapura, Gore Hill Cemetery (1868) Sydney, La Chaise Cemetery (1803) Paris, Mount Auburn Cemetery (1831) Cambridge, atau Arlington National Cemetery (1864) Washington DC.

Pada masanya, letak kebon jahe kober boleh dibilang cukup strategis untuk kategori pemakaman karena lokasinya jauh dari pemukiman penduduk dan terletak di samping kali Krukut. Dulu, jenazah diangkut menggunakan perahu dari wilayah pusat kota Batavia (di sekitar kota tua) menuju Kebon Jahe Kober melewati Kali Krukut ini. Dari Kali Krukut, peti jenazah kemudian dibawa dengan menggunakan kereta kencana menuju pemakaman Kebon Jahe Kober.

Replika kereta jenazah dan peti mati yang dulu digunakan untuk membawa almarhum ke peristirahatan terakhir
Pemakaman ini awalnya memiliki luas 5,5 ha, tetapi seiring berkembangnya Kota Jakarta pada waktu itu, luas museum ini menyusut hingga 1.2 ha. Pada tanggal 9 Juli 1977, pemakaman Kebon Jahe Kober dijadikan museum dan dibuka untuk umum dengan koleksi prasasti, nisan, dan makam sebanyak 1.372 yang terbuat dari batu alam, marmer, dan perunggu.

Rest in Peace
dikelilingi oleh makam
Berarti di museum ini masih ada jenazahnya dong, Wa?
Eits tenang aja! Semua jenazah yang ada di museum ini udah dipindahkan kok. Antara tahun 1950-1970 dilakukan pemindahan jenazah ke beberapa tempat lain. Sebagian jenazah ada yang dibawa keluarganya ke daerah atau negara asal, sebagian lain dipindahkan ke pemakaman Menteng Pulo dan Tanah Kusir. Sepengamatan gua yang sok tahu ini, nisan dan patung di Museum Taman Prasasti didominasi oleh patung malaikat. Namun ada juga patung berbentuk anak kecil, tanda salib. obelisk, hingga figure Yesus dan Bunda Maria. 

Kolase nisan dan patung koleksi Museum Taman Prasasti.
Ada yang berbentuk malaikat, anak kecil, hingga Yesus dan Bunda Maria

Baca Juga



Menyibak Misteri Museum Wayang Jakarta


Merangkai Sejarah Batavia di Kota Tua


Berkunjung ke Ereveld Menteng Pulo


Hal pertama yang gua temukan dari 5 daftar pencarian kali ini adalah peti jenazah milik mendiang pahlawan proklamator kita. Peti Jenzah Ir Soekarno digunakan untuk mengantar jenazah dari RSPAD Gatot Subroto menuju Wisma Yaso (yang sekarang menjadi Museum Satria Mandala). Sementara peti jenazah Drs. Muhammad Hatta digunakan untuk mrngantar jenazah menuju TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan.

Peti jenazah dari kejauhan

Nisan Soe Hok Gie di Museum Taman Prasasti (Kebon Jahe Kober)
Betapa senangnya hati ini ketika melihat sebuah nisan berhiaskan patung malaikat dan bertuliskan 'Soe Hok Gie'. Mungkin lebih tepatnya hanya batu nisan dari Soe Hok Gie karena jenazah Gie sudah dikremasi dan abunya ditabur di Lembah Mandalawangi, Gunung Pangrango, Sukabumi. 

Baca Juga : Mengunjungi Makam Kehormatan Belanda di Ereveld Menteng Pulo

Kalian tau Soe Hok Gie kan? Tokoh yang kisahnya pernah diangkat ke layar lebar ini adalah aktivis yang sangat konsisten mengkritisi rezim Orde Lama dan Orde Baru. 

Namun sayang, Gie meninggal di usia yang cukup belia karena menghirup gas beracun di Mahameru. Sutradara kenamaan tanah air, Riri Riza, mengangkat kisah hidup Gie ke dalam layar lebar pada tahun 2005 dengan judul 'Gie'. Aktor kawakan Nicholas Saputra didapuk untuk memainkan peran Gie. 

Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Berbahagialah mereka yang mati muda,
-Soe Hok Gie 


Lanjut ke Part II

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.