Telusur Kuningan-Ereveld Bagian I : Kepingan Sejarah Antara Rasuna Said dan Casablanca


Kuningan, Rasuna Said, hingga Jalan Casablanca, pasti tidak asing bagi sebagian warga Jakarta. Atau bahkan mungkin pembaca blog ini ada yang tinggal atau bekerja di daerah sana. Tapiiiiiiii, gak banyak yang tahu sejarah di balik nama ‘Kuningan’, Asal mula nama ‘Jalan Casablanca’, atau bahkan siapa sosok di balik nama ‘Rasuna Said’.

So, daripada bingung, sini gua jelasin. Kurang baik apa coba gua??!!!

Jadi, beberapa bulan lalu gua kembali berkesempatan untuk mengikuti walking tour yang diadakan oleh Jakarta Good Guide (JGG). Ini adalah kali ketiga gua mengikuti Walking tour by JGG. Sebelumnya, gua pernah ikut walking tour edisi Museum Mandiri – Museum Bahari  dan Jakarta Chinatown (Glodok).

Dalam walking tour edisi Kuningan X Ereveld kali ini, perserta akan diajak berkeliling tempat-tempat ikonik dan bersejarah di sekitar daerah Kuningan dan Jalan Rasuna Said, mulai dari tempat bersejarah bagi perfilman tanah air, gedung tertinggi se-Indonesia, sampai makam kehormatan Belanda. 

****

Titik kumpul sekaligus destinasi pertama dalam edisi walking tour kali ini adalah Plaza Festival, atau yang dulu bernama Pasar Festival. Dahulu, Pasar Festival menjadi salah satu mall yang pernah nge-hitz di kalangan anak muda era 1990-an. Hayooo ngaku siapa yang dulu sering nongkrong di sini? Namun, seiring berjalannya waktu, mall ini lama kelamaan ditinggal oleh pengunjung seiring munculnya mal lain yang lebih prestisius.

Plaza Festival
Tahun 2012, mall ini diambil alih oleh PT Bakrieland Development Tbk dan disulap menjadi mall kekinian dengan nama Plaza Festival. Di pintu masuk Plaza Festival inilah terdapat patung torso Rasuna Said, yang menjadi nama jalan utama di daerah Kuningan.

Siapakah Rasuna Said?
Menjadi salah satu jalan penting di Jakarta, mungkin kebanyakan dari warga Jabodetabek sudah sangat sering melewati jalan ini. Di jalan ini pula berdiri banyak bangunan vital, mulai dari gedung perkantoran, hotel bintang lima, hingga kedutaan besar (kedubes) Negara sahabat, seperti Polandia, Singapura, India, Swiss, Russia, hingga Kerajaan Belanda.

Tapi, sebagian dari kita pasti belum banyak yang paham betul siapakah sosok di balik nama Jalan Rasuna Said ini… Termasuk saya HaHAHa *ketauan deh suka tidur pas pelajaran sejarah 🤣🤣*

Hajjah Rangkayo Rasuna Said atau yang dikenal sebagai Rasuna Said, merupakan pahlawan nasional yang lahir di Agam, Sumatera Barat, 14 September 1910. Rasuna Said merupakan seorang pejuang sekaligus jurnalis yang menggunakan platform tulisan untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Rasuna juga dikenal giat memperjuangkan kesetaraan hak antara perempuan dan laki-laki. 

Jalan Rasuna Said. Tampak di sebelah kanan jalan adanya pembangunan jalur LRT Cawang-Kuningan
Nah, dari namanya sudah jelas ya guys kalau sosok Rasuna Said adalah seorang perempuan. Karena banyak dari peserta tur (atau bahkan dari masyarakat kebanyakan) yang mengira Rasuna Said adalah seorang laki-laki karena hanya menebak dari nama beliau belaka.

Hajjah Rangkayo Rasuna Said
Pada 2 November 1965, Rasuna Said meninggal dunia dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Presiden Soeharto mengangkat Rasuna Said sebagai pahlawan nasional pada 13 Desember 1974. Namanya pun kini abadi menjadi nama salah satu jalan di Ibukota. Bukan sekadar jalan biasa, Jalan Rasuna Said merupakan salah satu jalan protokol di Jakarta yang menjadi salah satu komponen segitiga emas (pusat bisnis) Jakarta selain Jalan Sudirman-Thamrin dan Jalan Jenderal Gatot Subroto. 
Nah, udah pada tahu kan asal-usul nama Jalan Rasuna Said? Kurang afdol rasanya kalo kita gak bahas tentang asal-usul nama Kuningan, tempat di mana Jalan Rasuna Said berada.

Secara sekilas, nama ‘Kuningan’ mungkin familiar sebagai nama Kabupaten di Jawa Barat. Dan memang, nama daerah Kuningan di Jakarta tidak bisa lepas dari Kabupaten Kuningan di Jawa Barat. Alkisah, sekitar tahun 1527, pasukan yang berasal dari wilayah Kuningan diikutsertakan dalam penyerangan ke Sunda Kelapa bersama pasukan dari Cirebon dan Demak.

Pasukan dari Kuningan ini dipimpin oleh Adipati Ewangga (Awangga) yang juga berjuluk Pangeran Kuningan. Pangeran Kuningan mendapat tugas melancarkan serangan dari sebelah selatan Sunda Kelapa, dimana Pangeran Kuningan mendirikan markas komandonya yang kini menjadi kawasan Kuningan.

Tour guide dalam walking tour edisi kali ini ditemani oleh Mbak Lelly. Tepat di belakang Mbak Lelly, berdiri sebuah gelanggang olahraga (GOR) bernama Stadion Gelanggang Mahasiswa Soemantri Brodjonegoro. Stadion multifungsi ini mengambil nama tokoh nasional yakni Soemantri Brodjonegoro yang pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada tahun 1973 dan rektor Universitas Indonesia. Soemantri juga dikenal sebagai bapak dari Menteri Riset, Teknologi dan Kepala Badan Riset Inovasi Nasional saat ini, Bambang Brodjonegoro.

Masih di Jalan Rasuna Said, berdiri sebuah gedung yang memiliki nilai sejarah bagi perfilman nasional yakni Pusat Perfilman H Usmar Ismail (PPHUI). Gedung ini diambil dari nama H Usmar Ismail, yang menjadi salah satu tokoh kunci perfilman tanah air. Hari Film Nasional yang jatuh setiap tanggal 30 Maret, merupakan hari pertama pengambilan gambar film ‘Darah & Doa’ atau 'Long March of Siliwangi' yang disutradarai oleh H. Usmar Ismail sendiri.

H. Usmar Ismail, Bapak Perfilman Tanah Air
(Itjeher.com)
Dalam kurun waktu 20 tahun (antara tahun 1950-1970), H. Usmar Ismail telah menghasilkan 33 film layar lebar dan suskes mendirikan Perfini (Pusat Perfilman Nasional Indonesia). Meski demikian, kisah hidupnya dalam menghasilkan film tidaklah selalu mulus. Salah satu pukulan telak bagi H. Usmar Ismail adalah ketika dia menggarap film ‘Adventures in Bali’ hasil kerjasama Perfini dengan International Film Company asal Italia.

Masalah muncul setelah film ini selesai diproduksi. Janji si produser Italia untuk mencantumkan namanya sebagai sutradara dalam versi film yang diedarkan di Eropa ternyata hanya bualan belaka. Beribu sayang, nama Usmar tidak dicantumkan dalam film tersebut.

Namun, penyelesaian honorarium artis, karyawan, serta biaya penginapan saat proses produksi dibebankan seluruhnya kepada Perfini. Usmar tetap membawa pulang salinan film tersebut dari Italia, tetapi ketika ditayangkan dengan judul 'Bali' (1971), film tersebut gagal menggaet minat penonton tanah air. Usmar Ismail mengembuskan napas terakhir di kediamannya akibat pendarahan otak pada 2 Januari 1971. Sang Bapak Perfilman Nasional kini beristirahat dengan tenang di TPU Karet.

Pusat Perfilman H Usmar Ismail
Masih di Jalan Rasuna Said, berdiri megah sebuah gedung yang kini menjadi gedung tertinggi di Jakarta sekaligus Indonesia. Gama Tower, dengan tinggi 288,6 meter dan 69 lantai resmi mengalahkan ketinggian Treasury Tower. Di lantai 53 sampai 66 gedung ini terdapat sebuah hotel bintang lima yakni The Westin. Dengan jumlah kamar mencapai 256 kamar, The Westin Jakarta menawarkan fasilitas hotel bintang 5. Harga per malamnya? Monggo dicari sendiri WKWKW kutak sanggup menulisnya *Brb lihat slip gaji*.

Gama Tower

Trivia
10 Gedung tertinggi di Jakarta (dan Indonesia)
  1. Gama Tower (288,6 meter)
  2. Treasury Tower (279,5 meter)
  3. Sahid Sudirman Centre (258 meter)
  4. Millenium Centennial Centre (254 meter)
  5. Ciputra World Hotel (253 meter)
  6. The Pakubuwono (252 meter)
  7. Sinarmas MSIG Tower (245 meter)
  8. Menara Astra (235 meter)
  9. Wisma BNI 46 (230,1 meter)
  10. Menara BCA (230 meter)

Landmark lain yang ada di daerah Kuningan adalah Jalan Casablanca. Mungkin sebagian orang udah pada tahu tentang misteri yang menyelimuti terowongan jalan ini. Bahkan, kisah misteri tentang terowongan Casablanca telah diangkat ke layar lebar dengan judul yang sama pada 2007 silam. Tetapi banyak yang gak tahu bahwa nama jalan sepanjang 20 km ini diambil dari nama kota di Negara Maroko nun jauh di sana.

Jalan Casablanca
Netizen : Hah???! Kok bisa, Wa??!

Jadi, cerita penamaan Jalan Casablanca tidak bisa lepas dari hubungan bilateral yang dijalin Indonesia-Maroko yang mulanya digagas oleh Presiden Soekarno. Jakarta dan Casablanca akhirnya menjalin kerjasama sister city. Alhasil, di Jakarta ada jalan yang bernama jalan Casablanca, sementara di Casablanca ada jalan yang bernama Jalan Soekarno (Rue Soukarno). Tak hanya itu, di Casablanca juga ada jalan bernama Jalan Jakarta (Jakarta Rue). 

Balik lagi ke masalah terowongan Casablanca yang legendaris itu. Ada yang tahu kenapa terowongan ini menjadi salah satu spot angker di Jakarta? Konon katanya, sebelum menjadi jalan, lokasi tersebut merupakan kuburan massal. Pemerintah kemudian memindahkan kuburan massal ini. Jasad boleh saja pindah, tetapi residual energi dari kuburan tersebut konon masih tersisa di terowongan ini....

Versi lain keangkeran dari terowongan ini adalah mitos adanya hantu berwujud nenek-nenek. Konon, hantu nenek-nenek ini merupakan residual energi dari seorang gadis cantik yang dulu dibunuh di dekat terowongan ini. Sebelum dibunuh, gadis malang tersebut *maaf* diperkosa secara bergilir. 

Kedubes ini memegang rekor sebagai kedubes yang paling sering menjadi sasaran demonstrasi dan unjuk rasa.
Ada yang tahu ini Kedubes negara mana?
Perjalanan masih belanjut menuju ke tempat yang menjadi ‘gong’ dalam walking tour kali ini. Ada yang tahu? Coba tebak!

Loh kok lewat kuburan..... mau ke mana nih.....

Sejarah adalah suatu perjanjian di antara orang yang sudah meninggal, mereka yang masih hidup, dan mereka yang belum dilahirkan.

-Edmund Burke


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.