Menelusuri Jejak Oei Tiong Ham, Si Radja Goela dari Semarang


Sederet nama-nama tersohor seperti Bill Gates, Mark Zuckerberg, dan Warren Buffet, mungkin sudah tidak asing di telinga kita. Mereka adalah deretan orang-orang terkaya di dunia saat ini. Pun begitu dengan Hartono bersaudara yang saat ini dinobatkan sebagai orang paling kaya setanah air. Tapi, bagaimana jika kita mendengar nama Oei Tiong Ham? Siapa sih dia??

Tak banyak yang tahu kalau pada zaman dahulu di Kota Semarang hidup seorang pengusaha kaya berdarah Tionghoa bernama Oei Tiong Ham.

“Kok lu bisa tau sih, Waaa??”

Ya iyalah. Ini semua karena gua baru saja mengikuti walking tour bersama Bersukaria Walk. Jadi, Bersukaria Walk adalah semacam ‘tour organizer’ yang mengajak masyarakat untuk menjelajahi tempat dan sejarah di Kota Semarang dengan berjalan kaki. Rute yang gua ikuti kali ini adalah ‘RADJA GOELA’ dimana rute ini akan mengulik sejarah Oei Tiong Ham, si Radja Goela dari Semarang. Kenapa sih Oei Tiong Ham dijuluki sebagai Radja Goela? Penasaran?! Ternyata, ini dia alasan kenapa Oei Tiong Ham dijuluki ‘Radja Goela’ dari Semarang, No 7 mencengangkan! *lah.

Oei Tiong Ham
Daaaan kali ini gua ga sendiri, tercatat ada 13 orang mengikuti Walking Tour kali ini, salah duanya adalah Blogger-Blogger IESP paling hitz se-jagat FEB, yakni Nisaul dan Nurmalita. Ini adalah kali pertama blogger IESP jalan bareng.

Baca Juga : Merasakan Bali yang Sesungguhnya di Desa Tenganan Pegringsingan

Kami berkumpul di depan SMA N 1 Semarang (SMANSA), yang konon SMANSA adalah sekolah terbesar di Asia pada masanya *melongo*. Tapi emang SMANSA luass pake banget sih. Nah, setelah semuanya berkumpul, kami lalu berjalan menuju Jalan Pahlawan, salah satu jalan utama di Kota Semarang. Di sinilah cerita Oei Tiong Ham dimulai.

walking tour kali ini akan ditemani oleh Mbak Dian
Oei Tiong Ham lahir di Semarang, 19 November 1866. Ia mewarisi bakat usaha dan kekayaan senilai 17,5 juta gulden dari ayahnya, Oei Tjie Sien, pada 1890. Jadi istilahnya si Oei Tiong Ham emang udah jadi horang kayah karena mewarisi kekayaan dari Ayahnya. Tetapi dulu sebelum menjadi orang kaya, ayah Oei Tiong Ham hanyalah seorang pekerja kasar. Ayah Oei Tiong Ham berasal dari Tiongkok daratan, yang melarikan diri ke Semarang akibat konflik di kampung halamannya. Kenapa ke Semarang? Kok gak ke Batavia (Jakarta), Surabaya, atau daerah lainnya?? Ini karena menurut kepercayaan orang Tionghoa, letak Kota Semarang dianggap membawa ‘hoki’ karena Semarang berbatasan dengan laut dan diapit oleh gunung-gunung.

Singkat cerita, Oei Tiong Ham melebarkan sayap usahanya dan mendirikan Oei Tiong Ham Concern (OTHC) dengan bisnis berupa tebu (gula) perbankan, asuransi, properti, hingga opium atau candu. Bahkan, Oei Tiong Ham memiliki pabrik gula yang semuanya terletak di Pulau Jawa, sehingga dia dijuluki sebagai ‘Radja Goela’ dari Semarang. Tak heran, dengan segudang usahanya tersebut, Oei Tiong Ham menjadi orang paling kaya se-Asia Tenggara pada abad ke-19. 

Total kekayaan Oei Tiong Ham diperkirakan mencapai 200 juta gulden. Sangking kayanya, surat kabar De Locomotief yang terbit di Semarang menyebut Oei Tiong Ham sebagai ‘The Richest Man Between Shanghai and Australia”. Sisa-sisa kejayaannya masih dapat kita lihat hingga kini.

(Trivia) Ada yang tahu bentuk dari tugu di tengah Jalan Pahlawan?
Ada yang bilang mirip nanas, salak, hingga buah naga. Tetapi sejatinya, tugu ini berbentuk rebung (bambu muda). Rebung adalah isian lunpia yang menjadi kuliner khas Semarang.

Dulu, sepanjang Jalan Pahlawan adalah bagian dari rumah Oei Tiong Ham, oleh karena itu dulu Jalan Pahlawan bernama ‘Oei Tiong Ham Weg’ atau ‘Jalan Oei Tiong Ham’ (Weg dalam bahasa Belanda artinya 'jalan'). Rumah Oei Tiong Ham membentang dari Jalan Pahlawan hingga daerah Gergaji seluas 81 hektar. Kebayang kan luasnya gimana?!
Jalan pahlawan yang dulunya bernama Oei Tiong Ham Weg
Sangking luasnya, bahkan lahan yang kini menjadi Kantor Gubernur Jawa Tengah (Gubernuran) dahulunya merupakan taman yang berada dalam kawasan rumah Oei Tiong Ham. 

Baca Juga : 7 Things to do saat Imlekan di Semarang. Dijamin seru!

Percaya atau tidak, bangunan megah ini dulunya merupakan taman dari rumah Oei Tiong Ham
“Orang kaya mah bebas”. Mungkin itulah prinsip yang dianut oleh Oei Tiong Ham dan keluarga. Di saat orang-orang normal memelihara kambing, ayam, sapi, anjing, dan kucing, maka keluarga Oei Tiong Ham memilih untuk memelihara………... singa, kanguru, gajah, dan binatang anti mainstream lainnya. Semua binatang unik ini dirawat di kebun binatang mini miliknya, yang sekarang menjadi Polda Jawa Tengah. Luar biasa....👏👏

Percaya atau tidak, bangunan megah ini dulunya merupakan kebun binatang mini milik Oei Tiong Ham
Pertanyaannya, di mana sih ‘bangunan’ inti dari kediaman Oei Tiong Ham? Kok dari tadi yang dibahas Cuma taman dan kebun binatang? Nah, ternyata kita masih bisa melihat sisa istana ‘kerajaan’ Gula Oei Tiong Ham. Bangunan itu sekarang menjadi Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jawa Tengah yang terletak di Jalan Kyai Saleh. Sebelum menjadi kantor OJK, bangunan ini merupakan gedung pertemuan yang biasa disewa untuk resepsi pernikahan. Cuma sayang banget, pas sampe sana kita ga diizinin masuk gaes. Kami juga sempat mengunjungi tempat yang konon dulunya merupakan kandang kuda milik keluarga Oei Tiong Ham, tepat di belakang gedung OJK Jateng.

Baca Juga : Pecinan Semarang, Dulu dan Sekarang

Gedung OJK Jawa Tengah
Sedikit melenceng dari cerita Oei Tiong Ham, tepat di depan Rumah Oei Tiong Ham (yang kini menjadi Kantor OJK Jateng), terdapat bangunan dengan model khas Eropa. Rumah itu merupakan rumah Abraham Flettermen seorang seniman dan arsitek berkebangsaan Belanda. Bangunan ini dulunya ga kerawat dan menjadi salah satu bangunan paling angker di Semarang. Dan sekarang keadaannya berubah 180 derajat, sekarang bangunannya sudah direnovasi dan ketika gua mengambil foto bangunan ini terlihat aktivitas manusia di gedung tersebut. Manusia beneran loh ya...
Rumah Abraham Flettermen
Kembali ke kehidupan Pribadi Oei Tiong Ham, sejarah mencatat Ham memiliki 8 istri dan 42 anak (bahkan ada yang bilang istri dan gundiknya mencapai 18 orang). Anak Oei Tiong Ham memang sebanyak 42 orang, tetapi dia hanya ‘mengakui’ anak-anaknya yang memiliki kelingking bengkok. Tetapi, anak kesayangan Oei Tiong Ham bukanlah mereka yang berkelingking bengkok tersebut, melainkan Oei Hui Lan yang memiliki kelingking lurus. Oei Tiong Ham menganggap Oei Hui Lan sebagai anak kesayangan karena pada saat Oei Hui Lan lahir, usaha Oei Tiong Ham berkembang pesat.

Oei Hui Lan dengan rambut terurai
Nah, selain menjelajahi riwayat Oei Tiong Ham si Radja Goela, walking tour kali ini kami juga berziarah ke makam pendiri Kota Semarang. Udah pada tau belommm siapa pendiri Kota Semarang???! Diem-diem bae! Nah buat yang belom tau sejarah Kota Semarang, begini cerita singkatnya :

Pada akhir abad ke-15, datanglah seorang Pangeran bernama Made Panda (Sunan Pandanaran) untuk menyebarkan agama Islam di Bukit Pragota (kini bernama Bukit Bergota). Dari waktu ke waktu, bukit tersebut berubah menjadi daerah yang subur, dan di daerah subur tersbut tumbuhlah pohon Asam yang letaknya berjauhan (jarang-jarang). Sehingga daerah tersebut dikenal sebagai ‘Semarang’ yang berasal dari kata ‘Asem’ (pohon asam) dan ‘Arang’ (jarang).

Dalam perjalanan menuju Makam Pangeran Pandanaran, kami melewati situs sejarah yakni makam/kuburan Tionghoa di daerah Mugas. Kuburan ini berbentuk dua buah gundukan besar, yang konon katanya berisi banyak jenazah. Huruf pada nisannya menggunakan aksara Tiongkok kuno. Sangking 'jadulnya' bahkan orang Tiongkok asli yang pernah datang ke sini tidak bisa membaca tulisan tersebut. Sampai sekarang situs ini pun masih digunakan orang keturunan Tionghoa untuk melakukan upacara Ceng Beng (sembahyang kubur) setiap menjelang Imlek

Makam Sunan Pandanaran

Karena udah malem dan kuburannya gak kelihatan, akhirnya dua mahluk ini yang terjepret kamera
Walking Tour kali ini juga melewati salah satu bangunan bersejarah di Semarang, yakni GOR Tri Lomba Juang (TLJ). GOR Tri Lomba Juang ini dibangun sebagai venue untuk menggelar Semarang Koloniale Tentoonsteling, yakni perayaan untuk memperingati 100 tahun kemerdekaan Belanda dari Prancis. Hmmm ternyata Belanda juga pernah dijajah ya... Karma is a b*tch beibih.

Konon, Semarang Koloniale Tentoonsteling merupakan salah satu world expo terbesar di dunia saat itu. Dan ternyata, sebagian dari dananya konon disponsori oleh Oei Tiong Ham, si Radja Goela. Perayaan ini ditentang habis-habisan oleh Ki Hajar Dewantara, yang mana pada tulisannya beliau mengecam perayaan kemerdekaan di negeri jajahan.

Poster Semarang Koloniale Tentoonsteling

Akhir Kisah si Radja Goela
Setiap orang ada masanya, dan setiap masa ada orangnya. Begitu pula lah yang terjadi dengan Oei Tiong Ham. Di masa tuanya, Oei Tiong Ham memilih untuk hijrah ke Singapura. Hal ini karena hukum waris Hindia Belanda yang mengharuskan pembagian warisan yang adil ke seluruh anaknya, sementara Oei Tiong Ham hanya ingin mewarisi kekayaannya ke 9 anaknya yang dianggap mampu untuk meneruskan bisnisnya. 

Di Singapura, Oaei Tiong Ham tinggal bersama salah satu ‘Gundik’ nya bernama Lucy Ho. Selama tinggal di Singapura, kehidupan Oei Tiong Ham jauh dari kata mewah. Dia hanya tinggal di rumah petak sederhana bersama Lucy Ho. “Hui Lan, Aku Lelah.....” ucap Oei Tiong Ham kepada anaknya, Hui Lan.

Oei Tiong Ham pun mengembuskan napas terkhirnya pada 3 Juni 1924 pada usia 57 tahun akibat serangan jantung. Seiring berjalannya waktu, nama Oei Tiong Ham pun mulai pudar. Mungkin kini tak banyak masyarakat Semarang yang mengetahui sejarah Oei Tiong Ham. Namun hal sebaliknya terjadi di Singapura. Di negeri Singa ini, nama Oei Tiong Ham Abadi menjadi nama gedung di perguruan-perguruan tinggi, salah satunya adalah di Singapore Management University.

Oei Tiong Ham Building di Singapore Management University.
(smu.edu.sg)

Sebenernya masih banyak banget kisah tentang Oei Tiong Ham yang pengen gua ceritain, mulai dari hobinya berjudi, pernikahan pertamanya yang tidak direstui, kematiannya yang dianggap janggal, dan segudang cerita menarik lainnya tentang si Radja Goela. Tenang gaess… di internet banyak kok. Haha :D

Perjalanan pun berakhir di tempat semula, yakni SMA 1 Semarang. Ternyata masih banyak kisah dari kota ini yang masih belum gua ketahui. Big Thanks buat Bersukaria Walk atas pengalamannya yang mengesankan! Oh ya, yang Tanya berapa biaya buat ikut walking tour ini, jawabannya adalah “Pay as you want”. Artinya, bebas deh lu mau kasih berapa. Kalo lu puas, lu boleh kasih banyak. Tapi kalo lu gak puas, lu boleh kasih sedikit bahkan ga ngasih. Loh ini keterlaluan wkwk.

Sejarah akan menghitamkan mereka yang layak dijatuhkan, sejarah akan meninggikan mereka yang memang layak dimuliakan
-Najwa Shihab 


Sampai jumpa di perjalanan selanjutnya!

6 komentar:

  1. Artikelnya informatif tapi ngakak banget ketawa mulu pas bacanya :")

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkwkkw thanks udah mampir sul. Ditunngu loh jelajah Oei Tiong Ham versi kamu :D.

      Hapus
  2. Keren penulisannya infonya cukuo kumplit ya bang tapi ga boring. Lam kenal

    BalasHapus
  3. Wkwkwk mantap abisss udah posting! Aku nyontek infonya dari sini gapapa ya dew XD

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.